BAB
I
Nafsu, Kalbu, dan Akal
NAFSU
A.
PENGERTIN
NAFSU
Pengertian
nafsu terdapt beberapa definisi antara lain :
1. Nafsu secara
etimologi berasal dari bahasa arab “nafsun” berarti jiwa. Adapun nafsu secara
terminologis ilmu tasawwuf akhlaq, nafsu adalah dorongan-dorongan alamiah
manusia yang mendorong pemenuhan kebutuhan hidupnya.
2. Dalam bahasa
Melayu, 'nafsu' bermakna keinginan, kecenderungan atau dorongan hati yang kuat
untuk melakukan hal yang tidak baik.
3. Nafsu dalam
kamus bahasa indonesia berarti keinginan manusia yang tersirat dalam akal
pikirannya.
4. Menurut M.
Quraish Shihab, nafsu adalah dorongan yang menarik manusia ke bumi/ tarikan
bumi. Manusia itu memiliki dua tarikan yang saling berlawanan, yaitu: tarikan
langit dan tarikan bumi. Tarikan langit adalah tarikan malaikat dan tarikan
bumi adalah tarikan binatang atau juga kerendahan. Tarikan langit dan tarikan
bumi ini mengisyaratkan jika manusia menuruti tarikan langit maka ia telah
menyucikan jiwanya. Sebaliknya, jika manusia menuruti tarikan bumi maka ia
telah mengotori jiwanya. Dengan demikian, menurut M. Quraish Shihab, manusia
dapat mencapai posisi lebih tinggi daripada malaikat dan juga dapat lebih
rendah daripada binatang.
Sedangkan
hawa nafsu juga terdapat beberapa definisi, yaitu:
1. Hawa nafsu
adalah sebuah kekuatan emosional yang langsung berkaitan dengan pemikiran atau
fantasi tentang hasrat seseorang, biasanya berkenaan dengan seks.
2. Hawa nafsu
biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang
tidak baik. Adakalanya bermakna selera, jika dihubungkan dengan makanan. Nafsu
syahwat pula berarti keberahian atau keinginan bersetubuh.
3. Ada
sekolompok orang menganggap hawa nafsu sebagai "syaitan yang bersemayam di
dalam diri manusia," yang bertugas untuk mengusung manusia kepada
kefasikan atau pengingkaran. Mengikuti hawa nafsu akan membawa manusia kepada
kerusakan. Akibat pemuasan nafsu jauh lebih mahal ketimbang kenikmatan yang
didapat darinya. Hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan juga dapat merusak
potensi diri seseorang.
4. Hawa nafsu
adalah sesuatu yang disenangi oleh jiwa kita yang cenderung negatif baik
bersifat jasmani maupun nafsu yang bersifat maknawi. Nafsu yang bersifat
jasmani yaitu sesuatu yang berkaitan dengan tubuh kita seperti makanan, minum,
dan kebutuhan biologis lainnya, Nafsu yang bersifat maknawi yaitu, nafsu yang
berkaitan dengan kebutuhan rohani seperti, nafsu ingin diperhatikan orang lain,
ingin dianggap sebagai orang yang paling penting, paling pinter, paling
berperan, paling hebat, nafsu ingin disanjung dan lain-lain.Hawa nafsu inilah
yang mengakibatkan pengaruh buruk / negatif bagi manusia.
Dari pengertian di
atas dapatlah kita menarik sebuah kesimpulan. Nafsu adalah bagian dari jiwa
kita yang mendorong kita untuk melakukan sebuah tindakan baik yang menyebabkan kita menjadi sukses maupun
tindakan yang menyebabkan kita menjadi orang yang gagal. Setiap dari kita pasti
sibuk melakukan sesuatu, sibuk belajar, sibuk bekerja, sibuk beternak ayam atau
juga sibuk melamun. Semua kesibukan yang kita lakukan itu semua karena dorongan
nafsu. Karena nafsulah kita melakukan sesuatu.
Sedangkan hawa
nafsu adalah dorongan dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu yang bersifat maknawi dan bernilai negatif
seperti, keingingan untuk di perhatikan orang lain (riya’), menganggap dirinya
paling gagah (sombong) yang semuanya itu bernilai negatif bagi kehidupan
manusia.
B. MACAM-MACAM
NAFSU
Nafsu
juga terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1.
Nafsu
yang tidak baik
Nafsu yang tidak baik yaitu :
a) Nasfu Amarah
adalah nafsu yang selalu memerintahkan kepada syahwat dan
kecenderungan. Kata ammarah merupakan bentuk kata hiperbola (mubalaghah),
yang mengisyaratkan bahwa nafsu ini banyak sekali menyuruh. Ini merupakan
gambaran dari keadaannya yang senantiasa tidak pernah merasa puas. Seorang
laki-laki yang dikuasai oleh nafsu seksualnya, tidak akan merasa puas meskipun
semua wanita yang ada di dunia ini diberikan kepadanya. Orang yang menjadikan
hawa nafsunya sebagai tuhannya, dia tidak akan merasa puas meskipun seluruh
yang ada di muka bumi ini diperuntukkan baginya. Demikian juga orang yang
menjadikan nafsu kecintaan kepada kedudukan sebagai tuhannya, dia tidak akan
merasa puas meskipun dia telah menguasai seluruh muka bumi ini.
Yang dimaksud dengan nafsu ammarah ialah
kecenderungan-kecenderungan insting, dan hawa nafsu.
Al-Quran Al-Karim telah berbicara tentang
masalah ini, dan telah memberikan perumpaaan di dalam kisah Yusuf as.
قَلَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ
اِ لَيَّ مِمَّا يَدْ عُوْنَنِيْ اِلَيْهِ وَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْذَ هُنَّ
اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجَاهِلِيْنَ (يوسوف:33)
Yusuf as berkata, “Dan jika tidak Engkau
hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung [memenuhi keinginan
mereka] dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf : 33)
Dapat di
artikan bahwa jika orang yang mempunyai nafsu amarah akan bersifat :
·
berbangga apabila membuat sesuatu kemungkaran.
·
mereka adalah dari golongan yang bermaksiat
di mata dan di hatinya.
·
mereka adalah golongan ahli neraka.
·
Tidak akan merasa puas dengan apapun
Nafsu amarah
tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai
berikut :
1. Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit
2. Al-Hirsh artinya tamak atau rakus
3. Al-Hasad artinya hasud
4. Al-Jahl artinya bodoh
5. Al-Kibr artinya sombong
6. Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi
b) Nafsu Lawamah
Nafsu Lawwamah
adalah nafsu yang selalu mengkritik diri sendiri atau mencela diri sendiri
ketika terjadi suatu kejahatan, atau dosa ke atas dirinya.
Seperti firman allah berikut ini :
Seperti firman allah berikut ini :
وَلَآاُقْسِمُ بِالنَّفْسِ
اللَّوَّامَةِ (القيمة:02)
"Dan Aku (Allah) bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri Lawwamah) .....(surat al-Qiyamah: 2)
"Dan Aku (Allah) bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri Lawwamah) .....(surat al-Qiyamah: 2)
Nafsu ini lebih elok dan tinggi sedikit
derajatnya dari nafsu ammarah karena tidak puas pada dirinya yang melakukan
kejahatan lalu ia mencela dan memaki dirinya sendiri. Martabat nafsu Lawwamah
ini terletak pada kebanyakan orang awam. Surga untuk orang martabat ini masih
tidak aman kecuali dengan ampunan dan rahmat dari Allah SWT, karena dihati
mereka masih melekat sisa-
sisa sifat kotor yang perlu dihakis habis sperti riak, ujub dll.
sisa sifat kotor yang perlu dihakis habis sperti riak, ujub dll.
Dapat di
artikan bahwa jika orang yang mempunyai nafsu lawwamah, seperti :
·
menyadari apabila melakukan suatu
kemungkaran.
·
golongan ini beramal tetapi masih
ada riya, hasut, dengki dan sebagainya.
·
nafsu mereka tetap dilakukan walau
mereka tahu itu salah.
·
mereka adalah golongan ahli neraka.
Nafsu
lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati, tepatnya dua jari di bawah
susu kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Laum artinya mencela
2. Al-Hawa artinya bersenang-senang
3. Al-Makr artinya menipu
4. Al-’Ujb artinya bangga diri
5. Al-Ghibah artinya mengumpat
6. Ar-Riya’ artinya pamer amal
7. Az-Zhulm artinya zalim
8. Al-Kidzb artinya dusta
9. Al-ghoflah artinya lupa
c) Nafsu Marhamah
Nafsu
mulhamah ini ialah nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses kesucian
dari sifat-sifat hati yang tercemar melalui latihan sufi/ tariqat/ amalan guru
lainnya yang mempunyai sanad dari Rasulullah s.a.w.Kesucian hatinya telah
menyebabkan segala lintasan kotor atau khuatir-khuatir syaitan telah dapat
dibuang dan diganti dengan ilham dari malaikat atau Allah.
Firman
allah yang artinya :
"Demi nafsu
(manusia) dan yang menjadikannya (Allah) lalu diilhamkan Allah kepadanya mana
yang buruk dan mana yang baik, sesungguhnya dapat kemenanganlah orang yang
menyucinya (nafsu) dan rugilah (celakalah) orang yang mengotorkannya(nafsu)
Makam nafsu ini juga dikenali dengan nafsu samiah. Pada pringkat ini amalan baiknya sudah mengatasi amalan kejahatannya. Sifat mazmumah telah diganti dengan mahmudah. Sikap beibadat telah tebal dan amalan guru terus diamalkan dengan lebih tekun lagi.
Pada penyesalan pada peringakat lawwamah tadi terus bersebati di dalam jiwa. Isyarat lawwamah sentiasa subur. Sesungguhnya taubat orang peringkat mulhamah ini adalah "taubatan nasuha" . Bukan shaj di mulut tetapi hakiki.
Dalam kehidupan sudah terbina satu skap yang baik,tabah menghadapi dugaan, bila terlintas sesuatu yang ke arah maksiat cuba-cuba memohon kepada perlindungan dari Allah.
·
adalah nafsu yang telah dapat
membuang sifat tercela.
·
walaupun begitu, mereka masih
mengkritik diri sendiri.
·
mereka adalah golongan ahli neraka.
Nafsu
mulhamah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya dua jari di bawah susu kanan.
Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. As-Sakhowah artinya murah hati
2. Al-Qona’ah artinya merasa cukup
3. Al-Hilm artinya murah hati
4. At-Tawadhu’ artinya rendah hati
5. At-Taubat artinya taubat atau kembali kepada Alloh
6. As-Shobr artinya sabar
7. At-Tahammul artinya bertanggung jawab
2.
Nafsu
yang baik
Kemudian nafsu-nafsu yang baik adalah :
1) Nafsu Mutmainah
layak untuk memasuki syurga Allah
SWT. Hakikat ini telah ditegaskan oleh Allah dalam firmanNya:
يَاَ يَّيُهَا النَّفْسُ
الْمُطْمَئِنَّةُ(27)
اِرْجِعِيْ اِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً
مَرْضِيَّة(28)
فَادْخُلِيْ فِيْ عِبَادِيْ (29)
وَادْ خُلِيْ جَنَّتِيْ(30)
“Wahai orang yang bernafsu mutmainnah, pulanglah ke pangkuan Tuhanmu dalam keadaan redha meredhai oleh Nya dan masuklah ke dalam golongan hambaKu dan masuklah ke dalam syurgaKu” (Al-Fajr: 27- 30).
Mereka yang berada di tahap ini akan merasi ketenangan dan kelapangan jiwa dan ia bukanlah satu ketenagan yang dibuat-buat. Ketenangan yang dilaluinya adalah terbit dari keimanan dan tauhidnya yang sejati. Malah bagi orang mutmainnah mereka tidak tahu atau tidak mengerti lagi apakah yang dikatakan kesenangan dan kesusahan, bagi mereka sama saja.
Bagi mereka yang telah mencapai mutmainnah maka tertanamlah di jiwa mereka amat subur sekali sifat-sifat mahmudah yang terpuji dan hilanglah sifat-sifat mazmumah yang dikeji. Sesungguhnya perasaan dengki, angkuh, sombong, tamak haloba dan lain-lain sifat yang dicela oleh Allah SWT tidak lagi tumbuh dan menyerapi di jiwa mereka maupun di dalam kehidupan harian mereka. firman allah.
اَلَّذِيْنَ
اِذَااَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةِ قَالُوْااِنَّالِلَّهِ وَاِنَّااِلَيْهِ
رَاجِعُوْنَ(البقرة:156)
“Orang-orang yang apabila ditimpa dengan suatu musibah mereka berkata (berpegang dengan sebenar-benarnya): Inna lillahi wainna ilaihi radji'un ” (Al-Baqarah: 156)
Mereka yang berada di tahap nafsu mutmainnah tidak lagi mempunyai perasaan khuatir terhadap sesuatu yang menimpa mereka. Malahan mereka sentiasa berada di dalam kegembiraan walaupun ketika itu mereka didatangi sesuatu musibah.
“Orang-orang yang apabila ditimpa dengan suatu musibah mereka berkata (berpegang dengan sebenar-benarnya): Inna lillahi wainna ilaihi radji'un ” (Al-Baqarah: 156)
Mereka yang berada di tahap nafsu mutmainnah tidak lagi mempunyai perasaan khuatir terhadap sesuatu yang menimpa mereka. Malahan mereka sentiasa berada di dalam kegembiraan walaupun ketika itu mereka didatangi sesuatu musibah.
·
adalah nafsu yang lemah lembut.
·
mereka mendapat ketenangan dan
menghilangkan gelisah di jiwa.
·
mereka adalah orang yang sholeh.
·
golongan ini adalah dijamin surga.
Nafsu
muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” artinya rahasia, tepatnya dua jari dari
samping susu kiri kea rah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Al-Juud artinya dermawan
2. At-Tawakkul artinya berserah diri
3. Al-Ibadah artinya ibadah
4. Asy-Syukr artinya syukur atau berterima kasih
5. Ar-Ridho artinya rido
6. Al-Khosyah artinya takut akan melanggar larangan
2) Nafsu Raudiah
Adalah jiwa yang ridho kepada Allah
swt. Status kedudukan nafsu ini sangat baik dalam memperoleh setiap anugerah.
Ia suka mensyukuri nikmat, tidak banyak menuntut (qana’ah), dan mudah menerima
apa yang ada padanya.
·
adalah nafsu yang berusaha untuk
melatih diri untuk mencintai Allah sepenuhnya..
·
mereka bergaul dengan orang banyak
tetapi hatinya semata-mata hanya kepada Allah.
·
mereka bisa juga disebut sebagai
Wali Allah.
Nafsu
raudiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr” artinya sangat rahasia, tepatnya
dijantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh. Adapun pasukan-pasukannya
sebagai berikut :
1. Al-Karom artinya
2. Az-Zuhd artinya zuhud atau meninggalkan keduniawian
3. Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih
4. Al-Waro’ artinya meninggalkan syubhat
5. Ar-Riyadhoh artinya latihan diri
6. Al-Wafa’ artinya tepat janji
3) Nafsu Kamaliah
adalah tingkat yang terakhir dan
yang tertinggi sekali. Tingkat ini jarang dicapai oleh jiwa-jiwa seperti kita.
Tingkat ini biasanya dicapai oleh para Rasul, Nabi-Nabi, para Sahabat dan
wali-wali besar sahaja. Golongan ini akan meningkat dari darjat fana(binasa)
kepada baqa(kekal) dengan Allah Taala sentiasa. Di tahap ini seseorang itu
tidak perlu bersusah payah dengan bermujahadah dan berusaha melawani desakan
hawa nafsu dan syaitan, kerana sifat kesempurnaan telah mendarah daging dan
bersebati dengannya.
Firman
Allah:
(البقرة:53)......اِنَّ النَّفْسَ
لَاَمَّارَةٌبِالسُّوْءِ......
"......Sesungguhnya
nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan....” (Yusuf: 53)
Musuh kita yang paling jahat ialah nafsu kita
yang berada di antara dua lambung kita. Kejahatan nafsu melebihi kejahatan
syaitan atau iblis. Jadi permusuhan kita dengan nafsu kita sendiri melebihi
permusuhan kita dengan syaitan. Namun, syaitan dapat menguasai diri kita
melalui nafsu yang berada pada diri kita. Dengan kata lain, nafsu merupakan
talibarut atau suruhan syaitan untuk menerangi kita.
·
adalah nafsu yang sempurna, nafsu
yang hanya dimiliki oleh para Nabi dan Rasul.
Nafsu
kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya sangat samar, tepatnya di
tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Ilmul-yaqiin
2. Ainul-yaqiin
3. Haqqul-yaqiin
4) Nafsu Mardiah
Nafsu mardhiyah ialah jiwa yang
diridai Allah SWT. Wujud dari keridaan ini dapat terlihat pada sikap
keikhlasannya, selalu ziki, memperoleh kemuliaan (keramahan).
·
adalah nafsu yang terbaik dan yang
paling dicintai Allah. Nafsu ini adalah nafsu yang paling di ridhai Allah.
adalah nafsu yang terbaik dan yang paling dicintai Allah. Nafsu ini adalah
nafsu yang paling di ridhai Allah. Keridhaan tersebut terlihat pada anugrah
yang diberikan-Nya berupa senantiasa berdzikir, ikhlas, mempunyai karomah, dan
memperoleh kemuliaan, sementara kemuliaan yang diberikan Allah SWT itu bersifat
universal, artinya jika Allah memuliakannya, siapa pun tidak akan bisa
menghinakannya, demikian pula sebaliknya orang yang dihinakan oleh Allah SWT,
siapa pun tidak bisa memuliakannya.
Nafsu
mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya samar, tepatnya dua jari dari
samping susu kanan ke tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
1. Husnul Khuluq artinya baik akhlak
2. Tarku maa siwalloh artinya meninggalkan selain Alloh
3. Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada makhluk
4. Hamluhum ‘ala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan
5. Shofhu ‘an dzunubihim artinya mema’afkan kesalahan makhluk
6. Al-Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim ila
anwari arwahihim artinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada
mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwa-jiwanya
ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.
KALBU
A.
PENGERTIAN KALBU
Pengertian
kalbu dalam kamus besar bahasa indonesia adalah pangkal perasaan batin, hati yg
suci (murni); dan batin itu sendiri adalah sesuatu yg terdapat di dalam hati,
sesuatu yg menyangkut jiwa (perasaan hati dsb) sedangkan nurani adalah perasaan
hati yg murni yg sedalam-dalamnya.
menurut
imam al-ghozali kolbumempunyai 2 arti yakni fi
sik dan metafisik. Qolbu dalam artian fisik berupa segumpal darah
berbentuk lonjong terletak dala rongga dada sebelah kirisedangkan dalam artian
metafisik dinyatakan sebagai karunia allah swt yang halus (lathifah), bersifat
ruhaniyah dan ketuhanan (rabbaniyah), yang ada hubungannya jantung.
Dalam
setiap tubuh manusia terdapat satu organ tubuh khusus yang diciptakan
oleh Tuhan yang Maha Esa . Namun kebanyakan manusia tidak menyadari pentingnya
organ tubuh tersebut . organ tubuh tersebut merupakan bagian tubuh manusia yang
berukuran kecil.Namun jika satu bagian tubuh ini rusak, maka rusaklah manusia
itu.
Bagian
tersebut adalah hati nurani atau yang dikenal dengan kalbu. Begitu pentingnya
arti dari sebuah kalbu, sampai-sampai Rasulullah Muhammad SAW mengungkapkan
lewat hadistnya,"Dalam tubuh setiap orang terdapat bagian yang terkecil
yang disebut kalbu. Jika kalbunya rusak, maka rusaklah akhlak manusia itu.
Namun, jika kalbunya baik, maka baiklah akhlak manusia itu".
Begitu
pentingnya sebuah hati nurani atau kalbu itu hingga organ tubuh yang merupakan
bagian dari tubuh kita itu menjadi 'tali' pengikat antara kita dan Tuhan yang
Maha Esa .
B.
PEMBAGIAN KALBU
Kalbu
terbagi menadi 3, yaitu :
1) Hati
yang selamat
Adalah hati yang hanya
dengannya manusia dapat dapat datang dan berjumpa dengan allah swt dengan
selamat di hari kiamat.
Fiman allah swt:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالً
وَلَا بَنُوْنَ (88) اِلَّا مَنْ اَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ (89)
“pada
hari dimana harta dan anak-anak tidak bermanfaat. Kecuali manusia yang datang
kepada allah denga hati yang selamat (sehat).”(Q.S ssyua’ro : 88-89)
2) Hati
yang mati
Adalah hati yang tidak
mengenal allah, tidak beribadah kepada-nya dan tidak melaksanakan perinyah dan
apapun yang di ridhoi-nya.
3) Hati
yang sakit
Adalah
hati yang hidup namun mengandung penyakit-penyakit. Hati semacam ini
mengandung 2 unsur, antara lain :
·
Di satu pihak
mengandung iman, ikhlas, tawakkal, mahbbah, dan sejenisnya. Yang membuatnya
menjadi hidup.
·
Namun di pihak
lain mengandung kecintaan / kecenderungaan kepada hawa nafsu, seoertu cinta
akan kehidupan dunia, sombog, iri dan sebagainya. Yang mencelakakan dan
membinasakan.
Dan
dari kalbu juga kta dapat mengetahui kadar rasa takut kita kepada allah .
Beberpa
cara untuk mengukur rasa takut kita kepada allah, yaitu :
- Rasa gemetar pada tubuh dan rasa tenang pada kulit dan hati ketika mendengar Al-Qur’an, sebagaimana Allah berfirman:
اللَّهُ
نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ
جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ
إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ
يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَا
“Allah telah menurunkan perkataan
yang paling baik (yaitu Al-Qur’an) yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya,
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah
petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk
baginya.” (QS. Az-Zumar: 23)
- Kekhusyu’an hati ketika berdzikir kepada Allah, sebagaimana Allah berfirman:
أَلَمْ
يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا
نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ
فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada
kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadiid:
16)
- Mendengarkan kebenaran dan tunduk terhadapnya, sebagaimana Allah berfirman:
وَلِيَعْلَمَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ
فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى
صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan agar orang-orang yang telah
diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu
mereka beriman dan tunduk hati (kalbu) mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah
adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.”
(QS. Al-Hajj: 54)
- Selalu kembali bertobat kepada Allah, Sebagaimana Allah berfirman:
مَنْ خَشِيَ
الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ
“Yaitu orang yang takut kepada
Tuhan yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang
dengan hati (kalbu) yang bertaubat.” (QS. Qaaf: 33)
- Ketenangan dan kewibawaan, sebagaimana Allah berfirman:
هُوَ الَّذِي
أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ
إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ
عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dia-lah yang telah menurunkan
ketenangan ke dalam hati (kalbu) orang-orang mukmin supaya keimanan mereka
bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah
tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. Al-Fath: 4)
- Berdebarnya kalbu karena cinta kaum mukminin, sebagaimana Allah berfirman:
وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا
الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا
لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami
dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman;
Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Hasyr: 10)
- Selamatnya hati dari iri dan dengki sebagaimana Allah berfirman:
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ
فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ
آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imraan: 103)
AKAL
Akal adalah
suatu peralatan rohania manusia yang berfungsi untuk membedakan yang salah dan
yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya sangat tergantung luas
pengalaman dan tingkat pendidikan, formal maupun informal, dari manusia
pemiliknya. Jadi, akal bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah
manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai
apakah sesuai benar atau salah.
Namun, karena kemampuan manusia
dalam menyerap pengalaman dan pendidikan tidak sama. Maka tidak ada kemampuan
akal antar manusia yang betul-betul sama.
A. PENGERTIAN AKAL
Akal mempunyai beberapa pengertian
diantaranya :
1) Akal berasal
dari bahasa arab 'aql yang secara bahasa berarti pengikatan dan
pemahaman terhadap sesuatu. Pengertian lain dari akal adalah daya pikir (untuk
memahami sesuatu), kemampuan melihat cara memahami lingkungan, atau merupakan
kata lain dari pikiran dan ingatan. Dengan akal, dapat melihat diri sendiri
dalam hubungannya dengan lingkungan sekeliling, juga dapat mengembangkan
konsepsi- konsepsi mengenai watak dan keadaan diri kita sendiri, serta
melakukan tindakan berjaga-jaga terhadap rasa ketidakpastian yang ensesi hidup
ini.
2)
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:“Kata akal, menahan, mengekang, menjaga dan semacamnya adalah lawan
dari kata melepas, membiarkan, menelantarkan, dan semacamnya. Keduanya nampak
pada jisim yang nampak untuk akal adalah menahan dan memegang erat ilmu, yang
mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah maka lafadz akal dimuthlakkan
pada berakal dengan ilmu.”
3)
Menurut Syaikh Al Albani berkata: “Akal
menurut asal bahasa adalah At Tarbiyyah yaitu sesuatu yang mengekang dari
mengikatnya agar tidak lari kekanan dan kekiri. Dan tidak mungkin bagi orang
yang berakal tersebut tidak lari ke kanan dan kiri kecuali jika dia mengikuti
kitab dan sunnah dan mengikat dirinya dengan pemahaman salaf.”
4)
Menurut Al Imam
Abul Qosim Al Ashbahany berkata: “Akal ada dua macam yaitu :
Thabi’I dan diusahakan. Yang thabi’I adalah yang datang bersamaan dengan yang
kelahiran, seperti kemampuan untuk menyusu, makan, tertawa, bilang senang, dan
menangis bila tidak senang.
Akal juga
bisa berarti jalan atau cara melakukan sesuatu, daya upaya, dan ikhtiar Akal
juga mempunyai konotasi negatif sebagai alat untuk melakukan tipu daya,
muslihat, kecerdikan, kelicikan.
Akal fikiran
tidak hanya digunakan untuk sekedar makan, tidur, dan berkembang biak, tetapi
akal juga mengajukan beberapa pertanyaan dasar tentang asal-usul, alam dan masa
yang akan datang. Kemampuan berfikir mengantarkan pada suatu kesadaran tentang
betapa tidak kekal dan betapa tidak pastinya kehidupan ini.
Freud
membagi manusia menjadi tiga wilayah pokok, antara lain:
1.id, yang mempersamakan id dengan instink atau naluri
2.ego, yang merupakan akal
fikiran
3.super ego, yakni adat kebiasaan
sosial dan kaidah moral
Akal adalah
lawan dari jahl (kebodohan atau kejahilan). Keduanya berlawanan dalam segala tahapnya : ontologis, epistemologis, dan
aksiologisnya. Meski kejahilan mempunyai semacam eksistensi subyektif dan
refleksif, tapi ia tidak memberi efek-efek obyektif dan aktual. Seperti halnya
eksistensi warna dalam cahaya. Pada hakikatnya, warna tidak memiliki eksistensi
obyektif di alam cahaya.
Secara fisis, foton-foton atau partikel-partikel terkecil cahaya yang
dipancarkan dari suatu sumber memiliki energi yang berbeda- beda. Indera dan
persepsi kita-lah yang menafsirkan beragam energi ini sebagai warna. Warna
sebenarnya tidak eksis disamping cahaya. Akan tetapi, cahayalah satu-satunya
yang secara obyektif eksis, sedangkan warna hanya memiliki semacam eksistensi
subyektif di dunia cahaya.
Dalam bahasa filosofis, kejahilan adalah kekurangan -pada tingkat paling
abstraknya adalah ketiadaan- pengetahuan. Ia hanya bisa menunjukkan arti kurang
yang sedikitpun tidak memiliki kualitas ontologis (amr wujudy).
Kekurangan adalah ketiadaan sesuatu dan ketiadaan sesuatu itu tak lain
adalah noneksistensi, 'adam atau nothingness.
Untuk mempermudah, saya akan berikan suatu contoh matematis di sini.
Ambillah angka sepuluh. Sepuluh dikurangi satu sama dengan sembilan. Sembilan
adalah angka yang kekurangan 1 (satu) untuk menjadi 10 (se-puluh). Karenanya,
sah kalau saya mengatakan bahwa 9 (sembilan) itu kurang 1 (satu) dibanding 10
(sepuluh) sehingga angka satu tiada, kurang, noneksis, nonbeing, dan lain-lain
pada angka 9 (sem-bilan) -bila dibanding dengan angka 10 (sepuluh). Namun,
kalau kita membandingkan angka 9 (sembilan) dengan angka
8 (delapan), maka kita akan mendapatkan "kekayaan" yang luar biasa
pada angka 9 (sembilan) dan ke-kurangan pada angka 8 (delapan) dan demikian
seterusnya.
B. FUNGSI DAN KEDUDUKAN AKAL
a)
Fungsi
Akal
Dalam
hubungan dengan upaya memahami islam, akal memiliki fungsi yaitu sebagai
berikut:
1. Sebagai
alat yang strategis untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rosul, dimana keduanya adalah sumber utama ajaran
islam.
2. Merupakan
potensi dan modal yang melekat pada diri manusia untuk mengetahui maksud
yang tercakup dalam
pengertian Al-Qur’an dan Sunnah Rosul.
3. Sebagai
alat yang dapat menangkap pesan dan semangat Al-Qur’an dan Sunnah yang
dijadikan acuan dalam mengatasi dan memecahkan persoalan umat manusia dalam
bentuk ijtihat.
4. Untuk
menjabarkan pesan yang
terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah dalam kaitannya dengan fungsi manusia
sebagai khalifah Allah, untuk mengelola dan memakmurkan bumi dan seisinya.
5. Sebagai
tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.
6. Sebagai
alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
7. Sebagai
Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.
Namun
demikian, bagaimana pun hasil akhir pencapaian akal tetaplah relatif dan
tentatif. Untuk itu, diperlukan adanya koreksi, perubahan dan penyempurnaan
terus-menerus.
b)
Kedudukan
Akal
Kedudukan Akal Dalam Syari'at Islam.
Syari'at
Islam memberikan nilai dan urgensi yang amat penting dan tinggi terhadap akal
manusia. Itu dapat dilihat dari point-point berikut:
1. Allah
subhanahu wa'ta'ala hanya menyampaikan kalam-Nya (firman-Nya) kepada
orang-orang yang berakal, karena hanya mereka yang dapat memahami agama dan
syari'at-Nya. Allah subhanahu wa'ta'ala berfirman:
وَوَهَبْنَا لَهُ أَهْلَهُ
وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنَّا وَذِكْرَىٰ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya:
"Dan
kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami
tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rohmat dari kami dan
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran". (QS. Shaad : 43).
2. Akal
merupakan syarat yang harus ada dalam diri manusia untuk mendapat taklif (beban
kewajiban) dari Allah subhanahu wa'ta'ala. Hukum-hukum syari'at tidak berlaku
bagi mereka yang tidak mempunyai akal. Dan diantaranya yang tidak menerima
taklif itu adalah orang gila karena kehilangan akalnya. Rosululloh sholallohu
'alaihi wa sallama bersabda:
"رُفِعَ
القَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ وَمِنْهَا : الجُنُوْنُ
حَتَّى يَفِيْقَ"
Artinya :
"Pena (catatan pahala dan dosa) diangkat (dibebaskan) dari
tiga golongan, diantaranya: orang gila samapai dia kembali sadar
(berakal)". (HR. Abu Daud dan Nasa'i).
3. Allah
subhanahu wa'ta'ala mencela orang yang tidak menggunakan akalnya. Misalnya
celaan Alloh subhanahu wa'ta'ala terhadap ahli neraka yang tidak menggunakan
akalnya:
Allah
subhanahu wa'ta'ala berfirman:
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ
نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Artinya :
"Dan
mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan
itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang
menyala-nyala". (QS. Al Mulk: 10)
Dan
Allah subhanahu wa'ta'ala mencela orang-orang yang tidak mengikuti syari'at dan
petunjuk Nabi-Nya. Sebagaimana Allah subhanahu wa'ta'ala berfirman:
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا
أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۗ أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ﴿١٧٠﴾
Artinya
:
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa
yang Telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami
Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang
kami". "(Apakah merek a akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (QS.Al Baqarah : 170).
4. Penyebutan
begitu banyak proses dan aktivitas kepemikiran dalam Al-Qur'an, seperti
tadabbur, tafakkur, ta'aquul dan lainnya. Seperti kalimat "La'allakum
tatafakkarun" (mudah-mudahan kalian berfikir) atau "Afalaa
Ta'qiluun" (apakah kalian tidak berakal), atau "Afalaa Yatadabbarunal
Qur'an" (apakah mereka tidak merenungi isi kandungan Al-Qur'an) dan
lainnya.
5. Al-Qur'an
banyak menggunakan penalaran rasional. Misalnya ayat-ayat berikut ini:
“Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan
dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya". (QS. An Nisaa' : 82)
"Sekiranya
ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah
rusak binasa. Maka Maha Suci Alloh yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang
mereka sifatkan". (QS. Al Anbiyaa' : 22 )
"Apakah
mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)?". (QS. Ath Thuur : 35 ).
6. Islam mencela taqlid yang membatasi dan
melumpuhkan fingsi akal.
Allah
subhanahu wa'ta'ala berfirman:
"Dan
apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan
Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa
yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apaka h mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?". (QS. Al Baqarah : 170)
Islam
memuji orang-orang yang menggunakan akalnya dalam memahami dan mengikuti
kebenaran.
Allah
subhanahu wa'ta'ala berfirman:
وَالَّذِينَ
اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ
الْبُشْرَىٰ ۚ فَبَشِّرْ عِبَادِ﴿١٧﴾الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ
فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَٰئِكَ
هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ﴿١٨﴾
Artinya:
"Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak
menyembah- nya dan kembali kepada Alloh, bagi mereka berita gem bira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada
hamba- hamba-Ku. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling
baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Alloh petunjuk
dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal". (QS. Az Zumar :
17-18).
Allah
subhanahu wa'ta'ala menggunakan ayat kauniyah untuk membuktikaan adanya
pencipta ayat kauniyah tersebut. Dan itu merupakan suatu proses berfikir
(menggunakan akal) yang dibutuhkan untuk mengetahui adanya hubungan antara alam
dan pencipta alam.
Allah
subhanahu wa'ta'ala berfirman:
الَّذِي
خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِنْ
تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ﴿٣﴾ثُمَّ ارْجِعِ
الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ﴿٤﴾
Artinya:
"Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun
dalam keadaan payah". (QS. Al Mulk [67]: 3-4)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar